Monday, October 29, 2012

luar biasa hebat,


sayang, bagaimana kabarmu? masihkah sehat? kuharap begitu. apakah kamu sedang memikirkan kami? haha, tentu saja tidak. kamu pasti sedang memikirkan hidupmu. tenang saja, kami baik baik saja disini. aku masih bernafas, begitupun ia.

sayang, apakah kamu merindukan kami? karena aku sangat merindukanmu. merindukan sapaan paghmu. merindukan senyummu. tentu saja sebesar apapun rinduku, aku tidak sebodoh itu dengan tidak bertahan hidup. aku selalu mencoba bertahan. demi kamu. demi dia.
sayang, aku mencintaimu. kamu tau dengan pasti itu. bahkan bila aku boleh membocorkannya, aku mencintaimu lebih dari apapun yang ku punya. apakah ini terdengar gila? sedikit tidak normal mungkin. menemukanmu adalah keajaiban, membuatku bersyukur hanya karena kamu masih bernafas. membuatku menangis bahagia, hanya karena kamu dilahirkan.
sayang, apakah kamu tidak mengerti cinta ini? aku bahkan rela menukar semuanya hanya untuk bersamamu, menjadi bagian hidupmu. aku rela merobek kehormatanku. mencoreng moreng nama baik keluargaku. Menusuk ulu hati kedua orang tuaku.  menghancurkan masa depanku. menghapus satu demi satu daftar impianku. Merubah hidupku. Untuk apa? Hanya untuk menjadi ibu dari putrimu, sayang.
Ya, seperti yang kamu tahu, aku mengandung putrimu. Di usia yang seharusnya aku merangkai mimpi, aku menjadi ibu. Aku menyesal? Sangat. Aku juga punya masa depan. Aku juga punya daftar impian. dan aku harus menukar semuanya untuk benar benar menjadi bagian dari hidupmu? Harus? Aku bisa menerimanya sayang. Aku bisa. Asalkan kamu disampingku. Cukup. Aku bisa menerimanya.
Lalu aku harus bagaimana ketika kamu memutuskan tidak ingin menerima kami? Kamu mendorongku ke dalam jurang gelap kehidupan dengan kedua tangan kokohmu. Tangan itu seharusnya merangkulku, menenangkanku saat ini. Kamu takut? Aku juga takut sayang. Aku tidak tahu apa apa soal menjadi ibu. Aku tidak tahu apa apa soal mengandung anak haram. Kamu biarkan aku sendirian jatuh. Kamu tidak siap menghadapi dunia? Lalu bagaimana aku? Aku bersama putrimu, kami menangis di dasar jurang yang kau ciptakan untuk kami.
Sayang, kau bilang lebih baik mengakhirinya saja? Sayang, apa maksudmu? Dia putrimu. Dia darah dagingmu. Kita membuatnya bersama. Aku mencintainya, aku mencintai buah dari laki laki yang kucintai dengan luar biasa hebat. Sayang, apakah kau tidak mencintainya? Apakah kau tidak mencintai putriku? Darah dagingku? Apakah kau lebih memilih hidupmu? Apakah kau ingin mengakhiri hidupnya yang bahkan jantungnya saja baru mulai berdetak. Mendenyutkan namamu, namaku.
Sayang, kau dimana?
Sayang, pada akhirnya aku selalu menurutimu. Menyanggupi semua inginmu. Kau ingin aku membunuhnya? Kau ingin aku mengakhiri hidup putriku dengan kedua tanganku? Ya, aku sanggup. Semuanya hanya untukmu.
Dan kini aku terbaring diatas tempat tidur putih, tempat dimana aku merasakan detik detik terakhir denyut nadi putrimu. Putri kita. Meminta maaf padanya, karena aku masih belum bisa mempertahankan hidupnya. Belum bisa membelanya. Memohon padanya agar percaya, aku sangat menyayanginya. Mereka memberiku obat yang rasanya sangat menjijikkan. Melewati kerongkonganku, mengalir menuju lambungku, dan meresap. Lalu kurasakan itu. Sakit yang luar biasa menikam rahimku, kurasakan ia menangis. Menjerit memanggil manggil aku, ibunya. Sayang, maafkan aku. Ku pertaruhkan hidupku disana. Aku menangis, menyadari kesalahanku, menyadari kebodohanku mencintai laki laki pengecut yang tidak mencintaiku. Aku menangis bersama air mata terakhir putrimu, putri kita.
Sayang, kamu dimana?

No comments:

Post a Comment