sayang,
bagaimana kabarmu? masihkah sehat? kuharap begitu. apakah kamu sedang
memikirkan kami? haha, tentu saja tidak. kamu pasti sedang memikirkan hidupmu.
tenang saja, kami baik baik saja disini. aku masih bernafas, begitupun ia.
sayang, apakah
kamu merindukan kami? karena aku sangat merindukanmu. merindukan sapaan paghmu.
merindukan senyummu. tentu saja sebesar apapun rinduku, aku tidak sebodoh itu
dengan tidak bertahan hidup. aku selalu mencoba bertahan. demi kamu. demi dia.
sayang, aku
mencintaimu. kamu tau dengan pasti itu. bahkan bila aku boleh membocorkannya,
aku mencintaimu lebih dari apapun yang ku punya. apakah ini terdengar gila?
sedikit tidak normal mungkin. menemukanmu adalah keajaiban, membuatku bersyukur
hanya karena kamu masih bernafas. membuatku menangis bahagia, hanya karena kamu
dilahirkan.
sayang, apakah
kamu tidak mengerti cinta ini? aku bahkan rela menukar semuanya hanya untuk
bersamamu, menjadi bagian hidupmu. aku rela merobek kehormatanku. mencoreng
moreng nama baik keluargaku. Menusuk ulu hati kedua orang tuaku. menghancurkan masa depanku. menghapus satu
demi satu daftar impianku. Merubah hidupku. Untuk apa? Hanya untuk menjadi ibu
dari putrimu, sayang.
Ya, seperti yang
kamu tahu, aku mengandung putrimu. Di usia yang seharusnya aku merangkai mimpi,
aku menjadi ibu. Aku menyesal? Sangat. Aku juga punya masa depan. Aku juga punya
daftar impian. dan aku harus menukar semuanya untuk benar benar menjadi bagian dari
hidupmu? Harus? Aku bisa menerimanya sayang. Aku bisa. Asalkan kamu
disampingku. Cukup. Aku bisa menerimanya.
Lalu aku harus
bagaimana ketika kamu memutuskan tidak ingin menerima kami? Kamu mendorongku ke
dalam jurang gelap kehidupan dengan kedua tangan kokohmu. Tangan itu seharusnya
merangkulku, menenangkanku saat ini. Kamu takut? Aku juga takut sayang. Aku tidak
tahu apa apa soal menjadi ibu. Aku tidak tahu apa apa soal mengandung anak
haram. Kamu biarkan aku sendirian jatuh. Kamu tidak siap menghadapi dunia? Lalu
bagaimana aku? Aku bersama putrimu, kami menangis di dasar jurang yang kau
ciptakan untuk kami.
Sayang, kau
bilang lebih baik mengakhirinya saja? Sayang, apa maksudmu? Dia putrimu. Dia darah
dagingmu. Kita membuatnya bersama. Aku mencintainya, aku mencintai buah dari
laki laki yang kucintai dengan luar biasa hebat. Sayang, apakah kau tidak
mencintainya? Apakah kau tidak mencintai putriku? Darah dagingku? Apakah kau
lebih memilih hidupmu? Apakah kau ingin mengakhiri hidupnya yang bahkan
jantungnya saja baru mulai berdetak. Mendenyutkan namamu, namaku.
Sayang, kau
dimana?
Sayang, pada
akhirnya aku selalu menurutimu. Menyanggupi semua inginmu. Kau ingin aku
membunuhnya? Kau ingin aku mengakhiri hidup putriku dengan kedua tanganku? Ya,
aku sanggup. Semuanya hanya untukmu.
Dan kini aku
terbaring diatas tempat tidur putih, tempat dimana aku merasakan detik detik
terakhir denyut nadi putrimu. Putri kita. Meminta maaf padanya, karena aku
masih belum bisa mempertahankan hidupnya. Belum bisa membelanya. Memohon padanya
agar percaya, aku sangat menyayanginya. Mereka memberiku obat yang rasanya
sangat menjijikkan. Melewati kerongkonganku, mengalir menuju lambungku, dan
meresap. Lalu kurasakan itu. Sakit yang luar biasa menikam rahimku, kurasakan
ia menangis. Menjerit memanggil manggil aku, ibunya. Sayang, maafkan aku. Ku
pertaruhkan hidupku disana. Aku menangis, menyadari kesalahanku, menyadari
kebodohanku mencintai laki laki pengecut yang tidak mencintaiku. Aku menangis
bersama air mata terakhir putrimu, putri kita.
Sayang, kamu
dimana?
No comments:
Post a Comment